Sebuah gelombang solidaritas mahasiswa internasional tentang genosida Gaza memicu kemarahan mahasiswa dunia dalam tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza, Palestina.
Dimulai dari Universitas Columbia di New York, AS, pada 18 Mei 2024, gerakan ini telah berkembang menjadi sebuah momentum global yang memperjuangkan akhirnya pendudukan Israel dan menghentikan kekerasan terhadap rakyat Palestina.
Kemarahan dan keprihatinan atas situasi di Gaza, yang disebut sebagai genosida oleh sebagian besar demonstran, telah menggerakkan mahasiswa dari berbagai negara untuk bersatu dalam tuntutan mereka terhadap keadilan dan perdamaian di Timur Tengah.
Dengan tuntutan utama untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di Gaza dan menghentikan pendudukan Israel, serta melalui seruan boikot dan divestasi, para mahasiswa telah menunjukkan komitmen mereka untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Aksi unjuk rasa telah tersebar di berbagai belahan dunia, dengan ribuan mahasiswa berkumpul di kampus-kampus utama di Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan wilayah lainnya.
Di Universitas Columbia, Universitas Rutgers di New Jersey, dan Universitas California, Berkeley, para mahasiswa memadati halaman kampus dengan spanduk dan slogan-slogan yang menuntut akhirnya serangan Israel di Gaza serta pencabutan blokade terhadap wilayah tersebut.
Di Eropa, demonstrasi solidaritas berlangsung di Universitas Amsterdam di Belanda, Universitas Paris 8 di Prancis, dan Universitas Basque dan Navarre di Spanyol.
Mahasiswa di Asia juga tidak ketinggalan, dengan aksi protes terjadi di Universitas Dhaka di Bangladesh, Universitas Cukurova, dan Universitas Igdir di Turki.
Aksi-aksi tersebut tidak hanya mengekspresikan kemarahan dan keprihatinan, tetapi juga menekankan pada tuntutan konkrit kepada lembaga-lembaga pemerintahan dan akademis untuk mengambil tindakan terhadap kekerasan yang sedang terjadi di Palestina.
Selain itu, mahasiswa juga menyerukan boikot terhadap institusi akademis dan perusahaan Israel yang mendukung pendudukan, serta mendorong universitas untuk divestasi dari perusahaan yang terlibat.
Dampak dari gelombang solidaritas ini telah dirasakan di berbagai tingkatan. Selain meningkatkan kesadaran global tentang situasi di Gaza dan penderitaan rakyat Palestina, aksi mahasiswa juga telah berhasil menekan beberapa universitas untuk memutuskan hubungan dengan institusi Israel dan menarik investasi dari perusahaan yang mendukung pendudukan tersebut.
Reaksi politik terhadap gerakan ini juga tidak dapat diabaikan. Tekanan yang diberikan oleh mahasiswa telah memaksa pemerintah negara-negara di seluruh dunia untuk mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Israel dan memperjuangkan perdamaian di wilayah tersebut.
Namun demikian, perjuangan untuk keadilan dan perdamaian masih jauh dari selesai. Para mahasiswa berkomitmen untuk terus mendukung perjuangan rakyat Palestina dan menegakkan kebenaran, meskipun tantangan dan rintangan yang mungkin mereka hadapi di masa depan.